Langsung ke konten utama

Self Publishing, Solusi Publikasi Karya


Seorang penulis tentu ingin membukukan dan mempublikasikan karyanya. Ada berbagai cara mempublikasikan karya, baik itu via media maya maupun media cetak. Cara yang paling umum digunakan untuk mempublikasikan karya via media cetak adalah melalui penerbit mayor. Kita cukup mengirimkan naskah tulisan kita ke penerbit mayor. Setelah itu penerbit akan mencetak dan memasarkan tulisan yang sudah dibukukan.
Proses naskah, dari pengiriman hingga penerbitan, memang bukan proses yang pendek. Membutuhkan waktu hingga naskah tersebut siap edar. Naskah yang dikirim akan diseleksi editor dan memakan waktu selama 3 bulan hingga 2 tahun. Tiap-tiap penerbit mayor memiliki kriteria-kriteria naskah tertentu, sesuai dengan pasar yang disasarnya. Dalam prosesnya, naskah akan diseleksi berdasarkan kriteria-kriteria penerbit mayor tersebut. Selain itu, pemilihan naskah disesuaikan pula dengan tren pasar yang sedang berkembang, serta seleksi berdasarkan bentuk penulisan naskah tersebut.
Selain menggunakan penerbit mayor, para penulis juga dapat mempublikasikan tulisannya melalui self publishing. Publikasi dengan metode self publishing, penulis tidak hanya menuliskan naskah, tetapi juga mengatur semuanya, mulai dari design, layout, cover, proses cetak, hingga pemasaran. Kendali penuh dari penulis inilah yang menjadi keunggulan, atau bahkan juga sebagai kelemahan dari metode self publishing ini.
Salah satu keunggulan self publishing adalah waktu proses penerbitan naskah. Jika penerbit mayor memproses naskah selama 3 bulan hingga 2 tahun, proses dari metode self publishing sangat bergantung dengan penulis. Artinya, jika penulis menginginkan naskahnya cepat terbit, maka ia harus cepat memproses pencetakannya. Kendali penuh berada di tangan penulis. Begitu juga soal ketersediaan buku, penulis juga memegang kendali jumlah stock buku yang akan dijual.
Proses editing naskah pada self publishing tentu berbeda dari penerbit mayor. Proses editing pun sepenuhnya dalam kendali penulis. Reqgi, penulis novel Jas Putih Tapi Hitam, memilih menggunakan metode self publishing untuk mempublikasikan naskah novelnya. Menurutnya, menggunakan penerbit mayor dapat mengubah esensi yang ingin disampaikan dalam novelnya. Ia juga berpendapat, proses yang lama dan visi yang tidak sejalan akan menjadi kendala jika melalui penerbit mayor.
Metode self publishing bukan berarti tak ada kelemahan. Kualitas editing dari self publishing tentu akan berbeda dengan penerbit mayor. Tiap penerbit mayor tentu sudah memiliki standar mutu tersendiri. Namun, bukan berarti karya-karya self publishing berkualitas rendah dibandingkan dengan penerbit mayor. Selain itu, pemasaran buku dengan metode self publishing, juga dalam kendali penulisnya. Artinya, penulis jugalah yang mengurus soal pemasaran buku tersebut, mulai dari mencari para pelanggan hingga memastikannya sampai di tangan mereka. Kurniawan Gunadi dan Azhar Nurun Ala, adalah dua contoh penulis yang menggunakan self publishing untuk menerbitkan karyanya. Sepak terjang mereka di dunia tumblr dan blog agaknya memudahkan mereka dalam memasarkan karyanya.[h1] 
Perkembangan self publishing telah memunculkan penerbit-penerbit yang mengakomodasi penulis, beberapa di ataranya adalah nulisbuku.com  dan printondemand.co.id. Mizan, sebagai salah satu penerbit mayor juga memberikan ruang bagi penulis yang ingin menerbitkan naskahnya dengan metode self publishing. Penulis, cukup mengikuti cara input naskah yang tersedia di web mereka.
Reqgi berani menggunakan metode self publishing karena menurutnya setiap orang berhak berkarya dan memperkenalkan karyanya. Penerbit mayor ataupun self publishing hanyalah sebuah sarana mempublikasikan karya berupa tulisan. Sarana berbagi cerita, kisah, ide, bahkan berbagi manfaat. Menulis juga merupakan sarana mengabadikan diri, sebagaimana yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer, “Menulis adalah bekerja untuk keabadian.Begitu juga yang dikatakan Helvy Tiana Rosa, “Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarangnya tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi.
Pesan Reqgi bagi mereka yang ingin menulis, Menulis itu membutuhkan tekad, waktu, pikiran, dan tenaga. Imam Ghazali berkata, “Jika kau bukan anak raja, bukan anak petinggi negara, maka jadilah penulis.” Reqgi juga berpendapat, menulis dengan niat untuk berbagi akan mendapat ganjaran yang baik dari Allah SWT. Selain itu, ia berpesan, “Tulisan apapun, baik itu novel, kumpulan cerpen, seri pemikiran, dan lain lain berhak untuk dipublikasikan. Dan self-publishing bisa menjadi solusinya.

Ahmad Faqih Mahalli – Desember 2015
Tulisan untuk web Melimove

Sumber:

Komentar